Search This Blog

Saturday 28 September 2013

Romantisme Perjumpaan!!

Ada lirik lagu melankolis tempo dulu “bukan perpisahan yang kutangisi, tetapi pertemuan yang kusesali..”

Anda pasti dapat menebak kesimpulannya ini adalah akhir yang menyedihkan.

Setiap orang di dunia ini pasti pernah mengalami perjumpaan. Hampir setiap hari Anda pasti mengalami peristiwa perjumpaan. Sayapun selalu mengalami perjumpaan, dan mungkin seperti Anda, yang paling tidak dapat saya lupakan adalah perjumpaan yang mengubahkan hidup dengan mantan tunangan saya yang sangat cantik dan baik, yang sekarang adalah istri saya. ^_^

Namun demikian, saya percaya satu-satunya perjumpaan yang membuat perbedaan kekal dan yang tidak pernah akan memiliki akhir yang menyedihkan adalah perjumpaan dengan diri kita sendiri dalam design yang sempurna – segambar dan serupa dengan Penciptanya -- .

Dan diri kita sendiri itu dalam design yang sempurna itu adalah Yesus Kristus Tuhan.

Wednesday 18 September 2013

Bagaimana Yesus Kristus menahan penderitaan sakit di atas salib.

Yesus menolak anestesi (pembiusan). Namun sesuatu yang supranatural mendukung-Nya untuk bertahan selama penderitaan-Nya itu.

Tidak ada otopsi yang dilakukan pada tubuh hancur Yesus setelah Dia diturunkan dari salib. Namun, banyak dokter yang telah mempelajari keterangan Alkitab tentang kematian-Nya mengatakan bahwa rasa sakit itu terlampau mengerikan (excruciating). Bahkan pada faktanya, kata mengerikan / excruciating berarti "dari salib".

Penderitaan Yesus Kristus benar-benar mendefinisikan nyeri kesakitan terburuk yang dapat dirasakan oleh seseorang.

Penderitaannya dimulai di Taman Getsemani, ketika Tuhan meletakkan dosa seisi dunia pada Putra-Nya yang terkasih. Tekanan yang hebat yang dialami Yesus menyebabkan apa yang dunia kedokteran sebut dengan istilah hematridrosis, yaitu suatu kondisi di mana darah merembes keluar dari kelenjar keringat. Setelah penangkapan-Nya, Yesus dicambuk tanpa ampun dengan kulitnya dilucuti dari punggung-Nya, sehingga memperlihatkan otot dan tulang-NYA.

Setelah ditampar, dipukul, dimahkotai duri dan dipukuli dengan sejenis buluh, Dia ditutupi dengan jubah merah dan menuju Golgota. Di sana, tentara Romawi memakukan paku sepanjang tujuh-inci (sekitar 17,5 cm) ke pergelangan tangannya (kemungkinan besar menembus saraf median, menyebabkan rasa sakit yang membutakan mata) dan kemudian mereka memakukan paku yang lain ke kedua kakinya.