Search This Blog

Sunday 28 February 2010

Cinta yang merobek tabir perbedaan!!
























(Artikel ini saya persembahkan khusus/spesial untuk kedua anakku dalam Kristus yang baru saja berkomitmen merajut cinta dalam kasih –saya sangat bergembira untuk kalian- dan untuk semua anakku dalam Kristus dan sahabatku yang lain yang telah sementara membangun pondasi dan bangunan keluarga juga atau yang hendak melangkah ke dalamnya ;-) ) Senin, 15 Februari 2010. Pkl 02.45


“Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu” (1)

1. Banyak orang meyakini bahwa cinta itu dari mata turun ke hati.

Tetapi terlalu banyak faktanya yang menyatakan tentang mata yang menipu pemiliknya sendiri. Ternyata kecantikan sejati dari seorang wanita terletak pada ketulusan hatinya (merpati) yang terpancar dari sorot matanya yang bersinar dan berbinar sehingga ketika seorang pria hendak “menimba air” dalam kedalaman hatinya tidak akan pernah bersungut dan mengeluh tetapi penuh sukacita dan bersiul seperti seorang petani menanti musim panen pertama. Setiap luka dan sampah di masa lalu menjadi kenangan indah dan pupuk yang berharga di masa kini, mewarnai hari yang gelap dengan pelangi serta senyuman yang merekah dan merona di tepian bibir.

“Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna, di bawah naungannya aku ingin duduk, buahnya manis bagi langit-langitku” (2)

2. Seorang pria sejati akan selalu menonjol dan tampil beda (pohon apel) diantara para laki-laki, bukan karena kekar badannya atau kekuatan ototnya yang seperti gunung di antara pegunungan atau seperti gelombang bergulung-gulung karena hembusan angin di tengah samudera. Atau karena ketampanannya yang membuat burung di udara tidak henti-hentinya berkicau seperti mengagumi datangnya fajar di ufuk timur tetapi karena TANGGUNG JAWAB-nya sebagai IMAM yang membawa sorga ke bumi buat kekasihnya, NABI yang mengarahkan pada tujuan sejati sebuah hubungan, RAJA yang mengayomi dan melindungi hubungan dan jatidiri kekasihnya. Si Jelita takkan pernah tidur lelap di malam hari sebelum merenung kehebatan pahlawan dalam diri kekasihnya.

“Pohon ara mulai berbuah dan bunga pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah!” (3)

3. Ada sebuah ungkapan kebenaran “Jika satu orang dapat mengalahkan seribu, maka dua orang dapat mengalahkan sepuluh ribu orang”. Buah yang baik selalu dihasilkan dari sebuah pohon yang baik, sedangkan sebuah pohon selalu dimulai dari sebuah benih. Benih cinta harus dikerjakan bersama-sama dalam sebuah komitmen dan usaha yang melibatkan seluruh eksistensi hidup dan dinamika hubungan sampai berbuah lebat yang memperkaya dan menginspirasi semua orang yang menyentuh dan bersinggungan dengan hubungan tersebut. Egoisme selalu menjadi pembunuh terbesar dalam hubungan seperti kanker sebagai sel yang tak terkendali yang akhirnya menggerogoti seluruh tubuh dan mempercepat proses penguburan. Jadi, para Teruna dan Jelita, pemimpin akan selalu memimpin sampai pada batas ia melayani.

“Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang berwatak luhur!” (4)

4. Derap langkah-langkah kaki karena sebuah keyakinan, percaya diri dalam identitas sejati, tujuan yang jelas dan berpijak pada prinsip-prinsip kebenaran (sandal-sandal) bukan di atas pasir dan debu membuat si jelita menjadi puteri yang bukan hanya dibanggakan dan disanjung-sanjung di luar istana tetapi dicintai dan disayangi di dalam istana.

taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api YAHWE TUHAN! ” (5)

5. Kerinduan terbesar setiap pria sejati/pangeran ilahi : puteri pujaan hatinya menyimpan, menjaga dan memelihara seluruh benih serta buah cinta dan hidup pangerannya dalam hatinya bagaikan emas, berlian, permata dalam kotak perhiasan berlapiskan emas yang bercahaya diterpa sinar mentari.
Setiap wanita ditakdirkan sebagai penolong untuk menolong para pria mencapai potensi maksimal (peak performance) seperti yang menjadi visi dan impian Tuhan bagi hidupnya. Jadi, mana yang lebih kuat, penolong atau yang ditolong??
Ketika setiap pangeran ilahi menyadari ini, maka mereka akan menghargai setiap puteri bagaikan raja bijaksana menghargai dan mencintai rakyatnya dengan mengorbankan hidupnya sendiri.

“Air yang banyak tak dapat memadamkan, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina” (6)

(1.Kid 1:15, 2. Kid 2:3, 3. Kid 2:13, 4. Kid 7:1, 5. Kid 8:6, 6. Kid 8:7)




Big God bless you!
Keep Simple and Impacting the World!

No comments:

Post a Comment