Iman sangat penting dalam kehidupan doa kita. Saat kita menemukan bahwa iman itu penuh dengan peristirahatan, kita akan mengalami bahwa doa juga penuh dengan peristirahatan.
Iman itu mudah.
Iman hanya bersandar dan beristirahat didalam
kemampuan Yesus.
Rasul Paulus bertanya pada orang percaya di
Galatia,
(Galatia 3:5)
“Jadi bagaimana
sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan
berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat diantara kamu, berbuat demikian
karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan
Injil?”
Mari kita gunakan kalimat masa kini untuk
pertanyaan tersebut. Apakah kamu menerima Roh Kudus dan apakah Tuhan melakukan
mujizat diantara kamu karena usaha atau perjuanganmu? Apakah hal itu terjadi
karena kamu menjalankan kewajiban-kewajiban agamamu dengan baik? Ataukah
berkat-berkat ilahi itu datang karena pendengaran akan Yesus dan kemampuan-Nya?
Sebagai seorang yang baru percaya, saya
mendengar bahwa langkah selanjutnya dalam pertumbuhan rohani adalah menerima
baptisan Roh Kudus. Secara alami, saya ingin meningkatkan hidup yang baru saya
temukan sebagai seorang percaya, dan saya berpikir bahwa saya harus mendapatkan
pengalaman dengan Roh Kudus itu. Saya menghabiskan waktu selama tiga minggu
dalam kemah pemuda Kristen dimana banyak orang mengatakan kepada saya bila saya
dengan tulus menginginkan baptisan Roh Kudus, saya harus mengikuti pertemuan
doa setiap jam 7:00 pagi. Ada banyak teman-teman Kristen saat itu dan mereka
menginginkan yang terbaik bagi saya. Mereka menekankan bahwa waktu doa tesebut
hanya bagi mereka yang tulus dalam mencari Roh Kudus. Saat itu saya berumur
empat belas tahun dan doa pagi hari sama sekali bukan kebiasaan saya, tetapi
saya ingin menunjukkan usaha yang baik. Dengan mata masih kabur, saya bangun
dari tempat tidur jam tujuh kurang lima menit dan bergegas datang ke pertemuan
doa. Kami memohon dan berseru kepada Tuhan, “Tolong Tuhan, tolong baptis kami
dalam Roh Kudus.” Jika orang harus menerimanya karena usaha yang telah
dilakukan, maka kamilah orangnya.
Faktanya, salah satu anak muda, Hans, yang
merupakan pemimpin dalam pertemuan doa itu, adalah seorang pemuda yang patut
dicontoh. Saya merasakan bahwa saya tidak se-“kudus” dia. Dialah yang
membangunkan saya sehingga saya bisa mengikuti pertemuan doa dengan tepat
waktu. Jika ada yang harus diberi upah dengan baptisan Roh Kudus, orang itu
pastilah Hans. Hans memiliki saudara tiri yang benar-benar berkebalikan
dengannya, namanya adalah Steve. Steve belum diselamatkan, lebih dari itu, dia
termasuk salah satu pembuat masalah dalam kemah pemuda itu. Jika ada sesuatu
yang bermasalah, ada yang diganggu, kami semua tahu bahwa pasti Steve biangnya.
Suatu malam pemuda pemberontak ini masuk kedalam
ibadah malam kami. Kami tidak pernah tahu apakah dia hadir ataupun tidak,
meskipun peraturan kemah mengharuskan setiap orang harus hadir. Steve saat itu
menangis dan berseru bahwa ia membutuhkan Yesus. Kami semua berpikir bahwa itu
sangat baik. Kami tahu bahwa dia membutuhkan keselamatan mengingat betapa
“berdosanya” ia. Lima belas menit setelah Steve menerima Yesus sebagai Juru
Selamatnya, dia dibaptis dalam Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa roh.
Saat kami melihat hal ini, menganggap betapa belum sepenuhnya dia kudus, kami
agak tidak yakin. Akan tetapi kami berpikir, “Ah, Tuhan itu baik jadi mungkin
hal ini tidak masalah.” Kemudian, dua puluh menit setelah kejadian tersebut,
kami mendengar suara Steve dari bagian belakang auditorium mengucapkan pesan
dalam bahasa roh yang dimulai dengan “beginilah kata Tuhan.”
Jika Anda tidak terbiasa dengan kejadian semacam
ini, Anda bisa melihatnya dalam tulisan Paulus kepada jemaat di Korintus.
Sebuah pesan dalam bahasa roh dan penafsirannya adalah dua dari sembilan
karunia Roh Kudus yang disebutkan disana. Steve menyampaikan pesan dalam bahasa
roh dan menafsirkannya, bernubuat kepada kami yang merasa lebih unggul darinya
dalam hal kerohanian. Perkataan yang dia sampaikan sangat dahsyat dan meskipun
kami merasakan bahwa perkataan itu berasal dari Tuhan, kami mengalami kesulitan
untuk bisa menerimanya. Urusan apa sampai Tuhan memakai pembuat onar semacam
itu? Jika ada yang harus bernubuat, harusnya kan salah satu dari kami yang
selalu menghadiri pertemuan doa jam 7:00 pagi. Kami telah memohon kepada Tuhan
dan sepertinya tidak menerima apa-apa. Bisakah Anda melihat bagaimana pola pikir
agamawi bekerja? Seorang yang legalistik dan suka menghakimi membenci anugerah
Tuhan yang tidak dapat diusahakan, sebenarnya tidak pantas dan tidak layak
untuk diterima. “Bukankan Steve masih harus disucikan?” mungkin demikian
pertanyaan Anda. Tentu saja, tetapi Tuhan tidak memberikan mujizat sesuai
dengan apakah seseorang tersebut memenuhi syarat atau tidak. Dia melakukannya
oleh iman. Saya telah melihat skenario ini berulang-ulang kali. Mereka yang
tidak ada harapan dan yang terluka adalah mereka yang dijamah oleh Yesus.
Orang yang berfokus
pada iman jarang sekali menerima; mereka yang berfokus pada Yesus siap sedia
untuk menerima.
Semua kebajikan Kristen, termasuk kerendahan
hati dan kekudusan, sangat penting. Kasih karunia Allah akan bekerja di dalam kita
bila kita mengijinkannya untuk menghasilkan kualitas-kualitas tersebut.
Bagaimanapun juga, memiliki kebajikan-kebajikan Kristen tidak membuat kita
mendapatkan poin untuk sebuah mujizat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ratusan
orang telah mendekati saya dan berkata, “Pastor Peter, doakan saya. Saya
memiliki banyak iman. Mintalah agar Tuhan menyembuhkan saya sekarang.” Mungkin
saya salah – mungkin ada beberapa kejadian yang tidak saya ingat, tetapi saya
tidak dapat mengingat satu orang pun yang mendekati saya dan mengatakan betapa
besar iman yang mereka miliki dan mereka benar-benar menerima mujizat yang
mereka butuhkan. Iman bukanlah persoalan
perbuatan manusia, akan tetapi merupakan hubungan seseorang dengan Yesus. Orang yang berfokus pada iman jarang sekali menerima; mereka yang
berfokus pada Yesus siap sedia untuk menerima.
Apakah Anda Cukup Baik?
Inilah mengapa kisah tentang seorang perempuan
Kanaan dan perwira Romawi menjadi sangat penting. Yesus mengatakan bahwa mereka
memiliki “iman yang besar.” Mereka bahkan tidak mengetahui seluruh persyaratan
untuk menerima kesembuhan. Mereka adalah orang non-Yahudi yang tidak pernah
terikat dengan hukum Taurat Musa. Semakin sedikit kita memandang pada diri sendiri dan semakin kita
memandang kepada Yesus, semakin iman itu datang. Iman tidak ada hubungannya
dengan apa yang dapat kita capai ataupun kelayakan kita. Pertanyaan seperti
“Apakah aku sudah cukup baik? Apakah aku memenuhi syarat?” membuat iman tidak
berfungsi.
Iman itu bersandar pada Yesus dan kemampuan-Nya. Itulah mengapa sering kali kita melihat orang-orang Muslim, Budha dan Hindu yang hampir tidak mengenal tentang Alkitab menerima mujizat-mujizat yang luar biasa. Meskipun mereka tidak pernah mendengar tentang Kitab Kejadian, surat-surat kepada jemaat di Roma atau Galatia, mereka menangkap kebenaran sederhana dari kasih Allah yang dinyatakan melalui Yesus bagi mereka. Begitu seseorang terhubung dengan Yesus, segala sesuatu menjadi mungkin.
Iman itu bersandar pada Yesus dan kemampuan-Nya. Itulah mengapa sering kali kita melihat orang-orang Muslim, Budha dan Hindu yang hampir tidak mengenal tentang Alkitab menerima mujizat-mujizat yang luar biasa. Meskipun mereka tidak pernah mendengar tentang Kitab Kejadian, surat-surat kepada jemaat di Roma atau Galatia, mereka menangkap kebenaran sederhana dari kasih Allah yang dinyatakan melalui Yesus bagi mereka. Begitu seseorang terhubung dengan Yesus, segala sesuatu menjadi mungkin.
Saat kita melupakan diri kita sendiri dan
memandang kepada Yesus Kristus kita menjadi penuh damai. Iman bukanlah
peraturan-peraturan mengenai apa yang harus kita lakukan. Saat kita memandang
Yesus sebagaimana besarnya Dia maka kita beristirahat di dalam-Nya. Saat Yesus
nampak begitu besar bagi mata rohani Anda, secara otomatis Anda akan mulai
berkata positif, memperkatakan Firman Tuhan. Faktanya, Anda tidak akan mungkin berkata negatif saat Anda
melihat Yesus yang sepenuhnya, besar dan menakjubkan. Hal ini sepenuhnya
bertentangan dengan menjadi tertekan untuk hidup sesuai dengan standar,
sepertinya Tuhan adalah pencatat nilai di sorga, menghitung nilai untuk melihat
apakah Anda telah menunjukkan iman yang cukup bagi jawaban doa Anda.
Iman Peter Youngren tidaklah sangat baik; itulah
mengapa saya bergantung pada imannya Yesus. Kalau tergantung pada iman orang
yang sakit atau iman sang pengkhotbah, kita tidak punya banyak harapan. Kadang
orang berkata kepada saya, “Peter, kamu benar-benar pahlawan iman.” Tentu saja,
saya senang saat orang mengatakan hal-hal yang baik tentang saya, tetapi dalam
diri saya sendiri, saya bukanlah seorang pahlawan iman. Sejujurnya, dalam diri
saya sendiri, saya hanya memiliki iman yang kecil atau bahkan tidak memiliki
iman, tetapi saya telah ribuan kali mengalami dimana kemampuan Yesus dan
iman-Nya telah mengalir melalui saya. Karena Yesus tinggal di dalam saya, saya memiliki akses penuh
pada iman-Nya. Saya bersandar pada-Nya.
Berpura-pura memiliki iman bisa membuat sangat
tertekan. Bila dokter memberikan diagnosa bahwa saya akan meninggal dalam waktu
tiga puluh hari, pikiran saya mengerti apa arti dari diagnosa tersebut. Saya
tidak bisa memaksa diri saya untuk memiliki iman yang menghasilkan mujizat –
saya membutuhkan iman dari Anak Allah. Saya akan berdoa, “Tuhan, seberapapun aku mencoba untuk percaya,
seberapapun aku mencoba bermuka manis, aku tahu bahwa iman-Mu adalah
satu-satunya iman yang bekerja. Yesus, aku cuma ingin mendekat kepada-Mu.
Biarlah hidup-Mu, Firman, iman dan kuasa-Mu mengalir melalui diriku.”
Yesus itu Santai
Saat Yesus meredakan badai, para murid berada di
atas perahu berteriak, “Kita binasa! Tuhan tolong kami!” Sementara itu Yesus
tertidur di bagian bawah perahu. Kita mungkin dengan bodoh mencela Yesus,
“Tidakkah Engkau memiliki rasa tanggung jawab, Yesus? Perahu hampir tenggelam
dan Engkau malah tidur? Paling tidak para murid menunjukkan rasa tanggung
jawabnya dan berteriak minta tolong.” Jika kita tidak mengetahui lebih lanjut,
kita akan berpikir bahwa para muridlah yang memiliki iman. Jika Alkitab hanya
mencatat bahwa ada tiga belas orang di perahu dan salah satunya sedang tidur,
kita mungkin berpikir bahwa orang yang tertidur itu pastilah Yudas atau Tomas
atau bahkan Simon Petrus dan bukan Yesus. Akan tetapi Alkitab mencatat dengan
jelas bahwa yang tertidur adalah sang pencipta dan penggenap iman. Tidak ada kepanikan bersama Yesus.
Saat Yesus mendengar Lazarus hampir meninggal
kita dapat membaca, “Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia
sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; (Yohanes 11:6).
Jika kita tidak mengetahui sebelumnnya bahwa Yesuslah yang dengan sengaja
menunggu selama dua hari, kita pasti mengira itu adalah dari salah satu murid.
Mungkin Yudas atau Tomas yang menyarankan penundaan tersebut. Kita mungkin
berpikir bahwa karena hal itulah maka Yesus terpaksa harus bergegas ke rumah
Maria, Marta dan Lazarus dan segera melakukan mujizat. Sekali lagi Yesus
memberikan contoh tentang peristirahatan. Saat kita meninggikan Dia dan kita melihat betapa
besarnya Dia dan kasih-Nya memenuhi hati kita, maka kita juga akan berada dalam
peristirahatan. Iman yang penuh peristirahatan inilah yang membuat tumor
meluluh dan piringan sendi yang tergelincir hernia, penyakit persendian serta
peradangan menjadi sembuh.
Yesus selalu santai di segala situasi. Coba
ingat peristiwa memberi makan lima ribu orang. Meskipun Yesus tahu apa yang
akan Ia lakukan, Ia bertanya kepada Filipus, “Bagaimana menurutmu?” Yesus tidak
berkata, “Akulah Mesias. Aku memiliki pewahyuan. Sebaiknya kamu mulai membawa
keranjang-keranjang kosong kalau tidak mujizat ini tidak akan terjadi.” Tidak,
Yesus berada pada peristirahatan.
Anda mungkin telah mendengar banyak khotbah yang
membuat stres tentang bagaimana Anda harus menghasilkan iman. Tidak masalah
bagi orang sehat untuk merasakan stres, tetapi bila Anda sedang berada di akhir
hidup Anda dan dibawa ke sebuah ibadah kesembuhan dan saat Anda berada disana
mereka menekan Anda dengan begitu banyak instruksi, hal itu sebenarnya lebih
buruk daripada tinggal di rumah sakit. Itu bukanlah pelayanan Yesus. Karena Dia
mengatakan,
(Matius 11:28-30)
“Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang
Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
Anda tidak perlu menjadi tertekan mengenai ukuran
iman Anda. Akan tetapi, biarkan Yesus menjadi semakin besar bagi mata rohani
Anda. Apakah Yesus cukup besar untuk menjamah keluarga Anda? Mengangkat tumor
Anda? Cukup besar untuk mengatasi masalah paru-paru, psoroasis, enzima, migrain
Anda? Apakah Yesus cukup besar untuk menyembuhkan kanker Anda? Seberapa
besarkah Yesus Anda? Jangan biarkan ada sesuatu yang menghalangi antara Anda
dan Yesus, meskipun itu adalah kesungguhan usaha Anda untuk memiliki iman.
Beristirahatlah di dalam Yesus!
Sekarang semuanya tentang Yesus
Sebelum kematian dan kebangkitan Yesus, saat
kita masih berada dalam Perjanjian Lama, Yesus sering kali berkata “Imanmu
telah menyelamatkan engkau.” Kalimat tersebut tidak pernah lagi diucapkan
begitu masuk dalam Perjanjian Baru, setelah kematian dan kebangkitan Yesus.
Tidak pernah lagi orang percaya diberi pertanyaan, “Mengapa kamu tidak memiliki
iman?” Anda tidak dapat menjadi orang percaya yang lahir baru tanpa memiliki
iman. Begitu Anda menjadi seorang percaya, sang pemimpin dan pembawa iman kita
kepada kesempurnaan itu tinggal di dalam Anda.
Kalimat “imanmu telah menyelamatkan engkau”
tidak pernah diucapkan oleh Rasul Paulus, Yohanes ataupun Petrus, setelah Yesus
telah menyelesaikan karya kematian dan kebangkitan-Nya. Akan tetapi, Simon
Petrus memandang Eneas yang lumpuh dan berkata, “Yesus Kristus menyembuhkan
engkau.” Filipus pergi ke Samaria dan “memberitakan Yesus pada orang-orang
disitu.” Paulus berkata, “Aku hanya memberitakan ‘Yesus Kristus, yaitu Dia yang
disalibkan.’” Seluruh pesan dan terjadinya mujizat berpusat pada Yesus. Roh
Kudus memuliakan Yesus.
Saat kita meletakkan fokus pada Yesus, pada apa yang telah Ia lakukan dan pada
kemampuan-Nya, Roh Kudus bekerja bersama kita.
Saat Ada menerima kesembuhan saat membaca
halaman-halaman dalam buku ini, tolong jangan mengatakan, “Pelayanan Peter
Youngren sangat luar biasa.” Tidak, kami tidak mau meninggikan sebuah
pelayanan; kami hanya ingin meninggikan Yesus. Saya telah mendengar terlalu
banyak pernyataan seperti, “Aku memiliki pelayanan untuk penyakit punggung; Aku
punya pelayanan untuk telinga yang tuli; Aku memiliki pelayanan untuk
menyembuhkan penyakit perut.” Inilah saatnya kita mengatakan, “Aku memiliki
Yesus dan Dia saja sudah cukup.” Dengan cara ini kita tidak perlu mencari kesembuhan
atau orang yang diurapi secara khusus, tetapi pengejaran kita adalah kepada
Sang Penyembuh. Jika tidak ada yang
terjadi saat kita pertama kali berdoa maka kita hanya perlu lebih mendekat
kepada Yesus dan Firman-Nya. Kita tidak menyalahkan diri kita sendiri atau
orang lain, akan tetapi kita meminta Roh Kudus untuk memberikan pewahyuan yang
lebih jelas tentang Yesus.
Surat Ibrani mengatakan,
(Ibrani 4:10)
“Sebab barangsiapa
telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala
pekerjaannya, sama seperti Tuhan berhenti dari pekerjaan-Nya.”
Apakah Anda memperhatikan hal itu? Perhentian
itu datang saat kita berhenti dari segala pekerjaan kita. Saat kita berhenti
berusaha untuk memiliki iman agar bisa mendapatkan mujizat kta, kita dapat
beristirahat dalam kasih dan kuasa Yesus.
Sumber : Peter Youngren
No comments:
Post a Comment