Search This Blog

Monday 2 April 2012

IMAN ITU PENUH PERISTIRAHATAN.

Iman sangat penting dalam kehidupan doa kita. Saat kita menemukan bahwa iman itu penuh dengan peristirahatan, kita akan mengalami bahwa doa juga penuh dengan peristirahatan.
 
Iman itu mudah

Iman hanya bersandar dan beristirahat didalam kemampuan Yesus

Rasul Paulus bertanya pada orang percaya di Galatia, 

(Galatia 3:5)
“Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat diantara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?”  


Mari kita gunakan kalimat masa kini untuk pertanyaan tersebut. Apakah kamu menerima Roh Kudus dan apakah Tuhan melakukan mujizat diantara kamu karena usaha atau perjuanganmu? Apakah hal itu terjadi karena kamu menjalankan kewajiban-kewajiban agamamu dengan baik? Ataukah berkat-berkat ilahi itu datang karena pendengaran akan Yesus dan kemampuan-Nya?

Sebagai seorang yang baru percaya, saya mendengar bahwa langkah selanjutnya dalam pertumbuhan rohani adalah menerima baptisan Roh Kudus. Secara alami, saya ingin meningkatkan hidup yang baru saya temukan sebagai seorang percaya, dan saya berpikir bahwa saya harus mendapatkan pengalaman dengan Roh Kudus itu. Saya menghabiskan waktu selama tiga minggu dalam kemah pemuda Kristen dimana banyak orang mengatakan kepada saya bila saya dengan tulus menginginkan baptisan Roh Kudus, saya harus mengikuti pertemuan doa setiap jam 7:00 pagi. Ada banyak teman-teman Kristen saat itu dan mereka menginginkan yang terbaik bagi saya. Mereka menekankan bahwa waktu doa tesebut hanya bagi mereka yang tulus dalam mencari Roh Kudus. Saat itu saya berumur empat belas tahun dan doa pagi hari sama sekali bukan kebiasaan saya, tetapi saya ingin menunjukkan usaha yang baik. Dengan mata masih kabur, saya bangun dari tempat tidur jam tujuh kurang lima menit dan bergegas datang ke pertemuan doa. Kami memohon dan berseru kepada Tuhan, “Tolong Tuhan, tolong baptis kami dalam Roh Kudus.” Jika orang harus menerimanya karena usaha yang telah dilakukan, maka kamilah orangnya. 

Faktanya, salah satu anak muda, Hans, yang merupakan pemimpin dalam pertemuan doa itu, adalah seorang pemuda yang patut dicontoh. Saya merasakan bahwa saya tidak se-“kudus” dia. Dialah yang membangunkan saya sehingga saya bisa mengikuti pertemuan doa dengan tepat waktu. Jika ada yang harus diberi upah dengan baptisan Roh Kudus, orang itu pastilah Hans. Hans memiliki saudara tiri yang benar-benar berkebalikan dengannya, namanya adalah Steve. Steve belum diselamatkan, lebih dari itu, dia termasuk salah satu pembuat masalah dalam kemah pemuda itu. Jika ada sesuatu yang bermasalah, ada yang diganggu, kami semua tahu bahwa pasti Steve biangnya.
  
Suatu malam pemuda pemberontak ini masuk kedalam ibadah malam kami. Kami tidak pernah tahu apakah dia hadir ataupun tidak, meskipun peraturan kemah mengharuskan setiap orang harus hadir. Steve saat itu menangis dan berseru bahwa ia membutuhkan Yesus. Kami semua berpikir bahwa itu sangat baik. Kami tahu bahwa dia membutuhkan keselamatan mengingat betapa “berdosanya” ia. Lima belas menit setelah Steve menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya, dia dibaptis dalam Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa roh. Saat kami melihat hal ini, menganggap betapa belum sepenuhnya dia kudus, kami agak tidak yakin. Akan tetapi kami berpikir, “Ah, Tuhan itu baik jadi mungkin hal ini tidak masalah.” Kemudian, dua puluh menit setelah kejadian tersebut, kami mendengar suara Steve dari bagian belakang auditorium mengucapkan pesan dalam bahasa roh yang dimulai dengan “beginilah kata Tuhan.”

Jika Anda tidak terbiasa dengan kejadian semacam ini, Anda bisa melihatnya dalam tulisan Paulus kepada jemaat di Korintus. Sebuah pesan dalam bahasa roh dan penafsirannya adalah dua dari sembilan karunia Roh Kudus yang disebutkan disana. Steve menyampaikan pesan dalam bahasa roh dan menafsirkannya, bernubuat kepada kami yang merasa lebih unggul darinya dalam hal kerohanian. Perkataan yang dia sampaikan sangat dahsyat dan meskipun kami merasakan bahwa perkataan itu berasal dari Tuhan, kami mengalami kesulitan untuk bisa menerimanya. Urusan apa sampai Tuhan memakai pembuat onar semacam itu? Jika ada yang harus bernubuat, harusnya kan salah satu dari kami yang selalu menghadiri pertemuan doa jam 7:00 pagi. Kami telah memohon kepada Tuhan dan sepertinya tidak menerima apa-apa. Bisakah Anda melihat bagaimana pola pikir agamawi bekerja? Seorang yang legalistik dan suka menghakimi membenci anugerah Tuhan yang tidak dapat diusahakan, sebenarnya tidak pantas dan tidak layak untuk diterima. “Bukankan Steve masih harus disucikan?” mungkin demikian pertanyaan Anda. Tentu saja, tetapi Tuhan tidak memberikan mujizat sesuai dengan apakah seseorang tersebut memenuhi syarat atau tidak. Dia melakukannya oleh iman. Saya telah melihat skenario ini berulang-ulang kali. Mereka yang tidak ada harapan dan yang terluka adalah mereka yang dijamah oleh Yesus.

Orang yang berfokus pada iman jarang sekali menerima; mereka yang berfokus pada Yesus siap sedia untuk menerima.

Semua kebajikan Kristen, termasuk kerendahan hati dan kekudusan, sangat penting. Kasih karunia Allah akan bekerja di dalam kita bila kita mengijinkannya untuk menghasilkan kualitas-kualitas tersebut. Bagaimanapun juga, memiliki kebajikan-kebajikan Kristen tidak membuat kita mendapatkan poin untuk sebuah mujizat.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ratusan orang telah mendekati saya dan berkata, “Pastor Peter, doakan saya. Saya memiliki banyak iman. Mintalah agar Tuhan menyembuhkan saya sekarang.” Mungkin saya salah – mungkin ada beberapa kejadian yang tidak saya ingat, tetapi saya tidak dapat mengingat satu orang pun yang mendekati saya dan mengatakan betapa besar iman yang mereka miliki dan mereka benar-benar menerima mujizat yang mereka butuhkan. Iman bukanlah persoalan perbuatan manusia, akan tetapi merupakan hubungan seseorang dengan Yesus. Orang yang berfokus pada iman jarang sekali menerima; mereka yang berfokus pada Yesus siap sedia untuk menerima.

Apakah Anda Cukup Baik?
Inilah mengapa kisah tentang seorang perempuan Kanaan dan perwira Romawi menjadi sangat penting. Yesus mengatakan bahwa mereka memiliki “iman yang besar.” Mereka bahkan tidak mengetahui seluruh persyaratan untuk menerima kesembuhan. Mereka adalah orang non-Yahudi yang tidak pernah terikat dengan hukum Taurat Musa. Semakin sedikit kita memandang pada diri sendiri dan semakin kita memandang kepada Yesus, semakin iman itu datang. Iman tidak ada hubungannya dengan apa yang dapat kita capai ataupun kelayakan kita. Pertanyaan seperti “Apakah aku sudah cukup baik? Apakah aku memenuhi syarat?” membuat iman tidak berfungsi. 
Iman itu bersandar pada Yesus dan kemampuan-Nya. Itulah mengapa sering kali kita melihat orang-orang Muslim, Budha dan Hindu yang hampir tidak mengenal tentang Alkitab menerima mujizat-mujizat yang luar biasa. Meskipun mereka tidak pernah mendengar tentang Kitab Kejadian, surat-surat kepada jemaat di Roma atau Galatia, mereka menangkap kebenaran sederhana dari kasih Allah yang dinyatakan melalui Yesus bagi mereka.
Begitu seseorang terhubung dengan Yesus, segala sesuatu menjadi mungkin.

Saat kita melupakan diri kita sendiri dan memandang kepada Yesus Kristus kita menjadi penuh damai. Iman bukanlah peraturan-peraturan mengenai apa yang harus kita lakukan. Saat kita memandang Yesus sebagaimana besarnya Dia maka kita beristirahat di dalam-Nya. Saat Yesus nampak begitu besar bagi mata rohani Anda, secara otomatis Anda akan mulai berkata positif, memperkatakan Firman Tuhan. Faktanya, Anda tidak akan mungkin berkata negatif saat Anda melihat Yesus yang sepenuhnya, besar dan menakjubkan. Hal ini sepenuhnya bertentangan dengan menjadi tertekan untuk hidup sesuai dengan standar, sepertinya Tuhan adalah pencatat nilai di sorga, menghitung nilai untuk melihat apakah Anda telah menunjukkan iman yang cukup bagi jawaban doa Anda.

Iman Peter Youngren tidaklah sangat baik; itulah mengapa saya bergantung pada imannya Yesus. Kalau tergantung pada iman orang yang sakit atau iman sang pengkhotbah, kita tidak punya banyak harapan. Kadang orang berkata kepada saya, “Peter, kamu benar-benar pahlawan iman.” Tentu saja, saya senang saat orang mengatakan hal-hal yang baik tentang saya, tetapi dalam diri saya sendiri, saya bukanlah seorang pahlawan iman. Sejujurnya, dalam diri saya sendiri, saya hanya memiliki iman yang kecil atau bahkan tidak memiliki iman, tetapi saya telah ribuan kali mengalami dimana kemampuan Yesus dan iman-Nya telah mengalir melalui saya. Karena Yesus tinggal di dalam saya, saya memiliki akses penuh pada iman-Nya. Saya bersandar pada-Nya.

Berpura-pura memiliki iman bisa membuat sangat tertekan. Bila dokter memberikan diagnosa bahwa saya akan meninggal dalam waktu tiga puluh hari, pikiran saya mengerti apa arti dari diagnosa tersebut. Saya tidak bisa memaksa diri saya untuk memiliki iman yang menghasilkan mujizat – saya membutuhkan iman dari Anak Allah. Saya akan berdoa, “Tuhan, seberapapun aku mencoba untuk percaya, seberapapun aku mencoba bermuka manis, aku tahu bahwa iman-Mu adalah satu-satunya iman yang bekerja. Yesus, aku cuma ingin mendekat kepada-Mu. Biarlah hidup-Mu, Firman, iman dan kuasa-Mu mengalir melalui diriku.”

Yesus itu Santai
Saat Yesus meredakan badai, para murid berada di atas perahu berteriak, “Kita binasa! Tuhan tolong kami!” Sementara itu Yesus tertidur di bagian bawah perahu. Kita mungkin dengan bodoh mencela Yesus, “Tidakkah Engkau memiliki rasa tanggung jawab, Yesus? Perahu hampir tenggelam dan Engkau malah tidur? Paling tidak para murid menunjukkan rasa tanggung jawabnya dan berteriak minta tolong.” Jika kita tidak mengetahui lebih lanjut, kita akan berpikir bahwa para muridlah yang memiliki iman. Jika Alkitab hanya mencatat bahwa ada tiga belas orang di perahu dan salah satunya sedang tidur, kita mungkin berpikir bahwa orang yang tertidur itu pastilah Yudas atau Tomas atau bahkan Simon Petrus dan bukan Yesus. Akan tetapi Alkitab mencatat dengan jelas bahwa yang tertidur adalah sang pencipta dan penggenap iman. Tidak ada kepanikan bersama Yesus.

Saat Yesus mendengar Lazarus hampir meninggal kita dapat membaca, “Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; (Yohanes 11:6). Jika kita tidak mengetahui sebelumnnya bahwa Yesuslah yang dengan sengaja menunggu selama dua hari, kita pasti mengira itu adalah dari salah satu murid. Mungkin Yudas atau Tomas yang menyarankan penundaan tersebut. Kita mungkin berpikir bahwa karena hal itulah maka Yesus terpaksa harus bergegas ke rumah Maria, Marta dan Lazarus dan segera melakukan mujizat. Sekali lagi Yesus memberikan contoh tentang peristirahatan. Saat kita meninggikan Dia dan kita melihat betapa besarnya Dia dan kasih-Nya memenuhi hati kita, maka kita juga akan berada dalam peristirahatan. Iman yang penuh peristirahatan inilah yang membuat tumor meluluh dan piringan sendi yang tergelincir hernia, penyakit persendian serta peradangan menjadi sembuh. 

Yesus selalu santai di segala situasi. Coba ingat peristiwa memberi makan lima ribu orang. Meskipun Yesus tahu apa yang akan Ia lakukan, Ia bertanya kepada Filipus, “Bagaimana menurutmu?” Yesus tidak berkata, “Akulah Mesias. Aku memiliki pewahyuan. Sebaiknya kamu mulai membawa keranjang-keranjang kosong kalau tidak mujizat ini tidak akan terjadi.” Tidak, Yesus berada pada peristirahatan.
Anda mungkin telah mendengar banyak khotbah yang membuat stres tentang bagaimana Anda harus menghasilkan iman. Tidak masalah bagi orang sehat untuk merasakan stres, tetapi bila Anda sedang berada di akhir hidup Anda dan dibawa ke sebuah ibadah kesembuhan dan saat Anda berada disana mereka menekan Anda dengan begitu banyak instruksi, hal itu sebenarnya lebih buruk daripada tinggal di rumah sakit. Itu bukanlah pelayanan Yesus. Karena Dia mengatakan, 
(Matius 11:28-30)
 “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

Anda tidak perlu menjadi tertekan mengenai ukuran iman Anda. Akan tetapi, biarkan Yesus menjadi semakin besar bagi mata rohani Anda. Apakah Yesus cukup besar untuk menjamah keluarga Anda? Mengangkat tumor Anda? Cukup besar untuk mengatasi masalah paru-paru, psoroasis, enzima, migrain Anda? Apakah Yesus cukup besar untuk menyembuhkan kanker Anda? Seberapa besarkah Yesus Anda? Jangan biarkan ada sesuatu yang menghalangi antara Anda dan Yesus, meskipun itu adalah kesungguhan usaha Anda untuk memiliki iman. Beristirahatlah di dalam Yesus!

Sekarang semuanya tentang Yesus
Sebelum kematian dan kebangkitan Yesus, saat kita masih berada dalam Perjanjian Lama, Yesus sering kali berkata “Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Kalimat tersebut tidak pernah lagi diucapkan begitu masuk dalam Perjanjian Baru, setelah kematian dan kebangkitan Yesus. Tidak pernah lagi orang percaya diberi pertanyaan, “Mengapa kamu tidak memiliki iman?” Anda tidak dapat menjadi orang percaya yang lahir baru tanpa memiliki iman. Begitu Anda menjadi seorang percaya, sang pemimpin dan pembawa iman kita kepada kesempurnaan itu tinggal di dalam Anda.
Kalimat “imanmu telah menyelamatkan engkau” tidak pernah diucapkan oleh Rasul Paulus, Yohanes ataupun Petrus, setelah Yesus telah menyelesaikan karya kematian dan kebangkitan-Nya. Akan tetapi, Simon Petrus memandang Eneas yang lumpuh dan berkata, “Yesus Kristus menyembuhkan engkau.” Filipus pergi ke Samaria dan “memberitakan Yesus pada orang-orang disitu.” Paulus berkata, “Aku hanya memberitakan ‘Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.’” Seluruh pesan dan terjadinya mujizat berpusat pada Yesus. Roh Kudus memuliakan Yesus. Saat kita meletakkan fokus pada Yesus, pada apa yang telah Ia lakukan dan pada kemampuan-Nya, Roh Kudus bekerja bersama kita.

Saat Ada menerima kesembuhan saat membaca halaman-halaman dalam buku ini, tolong jangan mengatakan, “Pelayanan Peter Youngren sangat luar biasa.” Tidak, kami tidak mau meninggikan sebuah pelayanan; kami hanya ingin meninggikan Yesus. Saya telah mendengar terlalu banyak pernyataan seperti, “Aku memiliki pelayanan untuk penyakit punggung; Aku punya pelayanan untuk telinga yang tuli; Aku memiliki pelayanan untuk menyembuhkan penyakit perut.” Inilah saatnya kita mengatakan, “Aku memiliki Yesus dan Dia saja sudah cukup.” Dengan cara ini kita tidak perlu mencari kesembuhan atau orang yang diurapi secara khusus, tetapi pengejaran kita adalah kepada Sang Penyembuh. Jika tidak ada yang terjadi saat kita pertama kali berdoa maka kita hanya perlu lebih mendekat kepada Yesus dan Firman-Nya. Kita tidak menyalahkan diri kita sendiri atau orang lain, akan tetapi kita meminta Roh Kudus untuk memberikan pewahyuan yang lebih jelas tentang Yesus.

Surat Ibrani mengatakan, 
(Ibrani 4:10) 
 “Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Tuhan berhenti dari pekerjaan-Nya.” 

Apakah Anda memperhatikan hal itu? Perhentian itu datang saat kita berhenti dari segala pekerjaan kita. Saat kita berhenti berusaha untuk memiliki iman agar bisa mendapatkan mujizat kta, kita dapat beristirahat dalam kasih dan kuasa Yesus.



Sumber : Peter Youngren 

 

No comments:

Post a Comment