Search This Blog

Wednesday 18 September 2013

Bagaimana Yesus Kristus menahan penderitaan sakit di atas salib.

Yesus menolak anestesi (pembiusan). Namun sesuatu yang supranatural mendukung-Nya untuk bertahan selama penderitaan-Nya itu.

Tidak ada otopsi yang dilakukan pada tubuh hancur Yesus setelah Dia diturunkan dari salib. Namun, banyak dokter yang telah mempelajari keterangan Alkitab tentang kematian-Nya mengatakan bahwa rasa sakit itu terlampau mengerikan (excruciating). Bahkan pada faktanya, kata mengerikan / excruciating berarti "dari salib".

Penderitaan Yesus Kristus benar-benar mendefinisikan nyeri kesakitan terburuk yang dapat dirasakan oleh seseorang.

Penderitaannya dimulai di Taman Getsemani, ketika Tuhan meletakkan dosa seisi dunia pada Putra-Nya yang terkasih. Tekanan yang hebat yang dialami Yesus menyebabkan apa yang dunia kedokteran sebut dengan istilah hematridrosis, yaitu suatu kondisi di mana darah merembes keluar dari kelenjar keringat. Setelah penangkapan-Nya, Yesus dicambuk tanpa ampun dengan kulitnya dilucuti dari punggung-Nya, sehingga memperlihatkan otot dan tulang-NYA.

Setelah ditampar, dipukul, dimahkotai duri dan dipukuli dengan sejenis buluh, Dia ditutupi dengan jubah merah dan menuju Golgota. Di sana, tentara Romawi memakukan paku sepanjang tujuh-inci (sekitar 17,5 cm) ke pergelangan tangannya (kemungkinan besar menembus saraf median, menyebabkan rasa sakit yang membutakan mata) dan kemudian mereka memakukan paku yang lain ke kedua kakinya.



Dengan ini, para dokter menyimpulkan, Yesus menderita dislokasi pada bahu-NYA, kram dan kejang pada sekujur tubuh-NYA, dehidrasi akibat kehilangan darah yang parah, cairan yang memenuhi paru-paru-Nya yang menyebabkan kegagalan fungsi organ paru-paru dan gagal jantung. Namun Yesus Kristus menolak untuk mengambil solusi penghilang rasa sakit (lihat Matius. 27:34). Dia memilih untuk menahan rasa sakit bagi kita (Anda dan Saya).

Jadi bagaimana Yesus bertahan dengan penderitaan yang sehebat ini? Banyak sarjana Alkitab percaya Ia merenungkan Mazmur 22 ketika melewati seluruh siksaan yang mengerikan ini. Dia pasti mengingat dengan jelas doa-nubuat yang dikutip lebih sering dalam Perjanjian Baru daripada bagian Perjanjian Lama lainnya. Ini menggambarkan secara rinci kematian Mesias. Bayangkan Yesus menggumamkan kata-kata dari Mazmur  22 ini dengan terengah-engah:

"Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mazmur 22:2). Kitab Injil melaporkan doa Yesus ini pada saat di atas salib. Orang Yahudi yang mendengarnya akan tahu Dia mengutip doa Daud.

"Tapi aku ini ulat dan bukan manusia, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak" (ayat 7). Yesus mengatakan kata-kata ini di antara kerumunan pengejek yang marah serta menghina-Nya. Matthew Henry menunjukkan bahwa ulat digunakan pada zaman Alkitab untuk mewarnai kain merah. Yesus menjadi “noda merah” untuk kita sehingga Dia bisa membuat dosa kita menjadi putih seperti salju.

"Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya, hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh dalam di dalam dadaku" (ayat 15). Beberapa korban dari penyaliban bangsa Romawi membutuhkan sembilan hari untuk mati, tetapi kematian Yesus hanya dalam hitungan jam saja, mungkin karena Dia telah dicambuk begitu kejam sebelum Dia dipakukan ke kayu yang kasar itu.

"Kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku.." (ayat 15). Korban penyaliban biasanya mengalami dehidrasi yang serius karena kekurangan darah dan oksigen.

"gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku "(ayat 17b-19). Tidak ditemukan lagi dalam Perjanjian Lama bagaimana salib digambarkan begitu jelas. Penyiksa Yesus melucuti pakaian-Nya dan Dia menanggung malu kita. Kita tahu dari Injil bahwa para tentara mengundi untuk mendapatkan jubahnya (lihat Yohanes 19:23-24).

Tapi Mazmur Daud ini lebih dari sekedar memprediksi nyeri atau rasa sakit Yesus yang akan Ia alami. Itu berakhir dengan kemenangan. Bayangkan bagaimana Yesus menggumamkan kata-kata ini untuk diriNya ketika Dia sedang mencurahkan darah-NYA sampai mati:

"Aku akan memasyhurkan nama-MU kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah jemaah" (ayat 23). Penulis kitab Ibrani mengatakan kepada kita bahwa Yesus mengalami Salib "karena sukacita yang disediakan bagi Dia" (Ibrani 12:2). Bahkan saat Dia tergantung dengan penderitaan yang mengerikan, Ia memikirkan kesatuan dengan pengantin-Nya yaitu Gereja.

"Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-NYA "(ayat 28). Yesus mati supaya semua suku bangsa dapat mengetahui pengampunan-NYA dan keselamatan yang dari pada-NYA! ketika darah-Nya tercurah dari atas kayu salib, Dia sedang memikirkan Indonesia*, Cina, India, Uganda, Bolivia, Kuba, Rusia, Islandia, Iran, Amerika Serikat dan setiap kelompok ras atau etnis pada suatu hari akan tahu kasih-Nya.

"Mereka akan memberitakan keadilan-NYA kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya" (ayat 31). Ayat penutup dari Mazmur 22 berbicara tentang kemenangan besar dan final dari Mesias. Menariknya, bahasa Ibrani asli pada frase terakhir ("Ia telah melakukan itu/He has performed it") dapat diterjemahkan, "Sudah selesai- TETELESTAI – It is Finished".
Ini adalah apa yang Yesus nyatakan dalam Yohanes 19:30 ketika Ia menyerahkan nyawa-Nya! Kemungkinan besar Ia menggumamkan keseluruhan Mazmur 22 selama proses yang paling melelahkan dan paling menyakitkan dari kematian.

Dalam budaya kita yang canggih ini, orang tidak suka bicara tentang perlakuan sangat kejam pada Yesus, atau tentang fakta bahwa Yesus harus mati untuk menyucikan kita dari dosa-dosa kita.
Biarkanlah Tuhan memberikan pewahyuan segar tentang salib-NYA pada minggu ini. Dan ingat kata-kata dari lagu lama yang mengatakan:

pada salib kasar tua, bernoda darah dari yang ilahi,
Sebuah keindahan yang menakjubkan dapat saya lihat;
Sungguh, untuk salib tua itu Yesus menderita dan mati,
Untuk mengampuni dan menguduskan saya..........

Oleh : J. Lee Grady (mantan editor majalah Charisma dan sekarang ini adalah direktur dari Mordecai Project-- themordecaiproject.org)

diterjemahkan dari Sumber : http://www.charismamag.com/blogs/fire-in-my-bones/17198-how-jesus-endured-the-pain-of-the-cross

No comments:

Post a Comment